Minggu, 16 November 2008

When I felt confuse

Gak tau kenapa, akhir2 ini dia jarang sms apalagi nelp. Saya sadar sih dari dulu emang sudah jadi konsekuensi buat saya jika kami pacaran. Kelemahan [atau entah apa namanya] kami adalah bahwa kami terlalu perfectionist dalam meniti karir. Kalau gak mau disebut ambisius. Dia membangun karir dan bisnisnya. Saya sibuk dengan alih jenjang kuliah demi cita2 gemilang [halah]. Sampai2 lupa sms atau nelp kalaupun ingat badan sudah pegel banget akibat rutinitas panjang yang melelahkan di kota super sibuk ini.
Kadang saya berfikir perlukah memiliki seorang pasangan hidup? Jika segalanya toh sudah terpenuhi. Jaman sekarang pun banyak wanita yang terlalu selectif dalam memilih pasangan sampai2 tanpa mereka sadari kulit mereka perlahan telah keriput. Titel perawan tua pun mereka dapat. Dan saya gak menyalahkan mereka. Justru saya bangga (waaaa..?) karena sebagai seorang wanita sudah sepantasnyalah begitu. Bukan sok jual mahal tapi menjaga image biar tetap berwibawa. Dan keliatan bermartabat. Bukan malah dengan gampang “iya disana-iya disini”. Kesannya gampangan banget. Jadi jangan yah NENG!!! 
Balik ke dia yang gak pernah sms apalagi nelp. Sekarang kami sudah jalan bulan ke3. baru tapi sudah membosankan.  semuanya berjalan apa adanya. Tapi saya masih bingung, karena kadang saya memang pengen hubungan itu berjalan apa adanya. Ee.. malah jadi seada-adanya.  dulu sebelum dia, sifat mantan sangat bertolak belakang. Si mantan selalu perhatian malah kelewat protected. Tapi yang ini, aduh super cuek banget. Kaya gak ngerti kalau kita lagi butuh diperhatikan.  cape deh kak…

Tidak ada komentar: